Palu – Mutmainah Korona Ajak Warga Kelola Air Hujan, Dorong Swasembada Air di Kota Palu. Anggota DPRD Kota Palu Mutmainah Korona menggelar reses Caturwulan III masa persidangan tahun 2025 dengan konsep berbeda.
Selain tatap muka, reses kali ini juga dikombinasikan dengan metode online serta sosialisasi pemanfaatan dan pengelolaan air hujan menuju swasembada air, perbaikan kesehatan, dan adaptasi perubahan iklim.
Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 120 peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh perempuan, anak muda, kelompok masyarakat, serta perwakilan pemerintah kecamatan, kelurahan, dan sejumlah OPD terkait.
Reses dibuka secara resmi oleh Camat Tawaeli.
“Selain tatap muka, kami juga membuka ruang partisipasi publik lewat reses online. Tujuannya agar warga bisa berinteraksi langsung, termasuk dengan OPD yang tidak sempat hadir secara offline,” kata Mutmainah Korona, Rabu (23/10/2025).
Ia menjelaskan, metode baru yang dikembangkannya disebut “Reses Bermakna” yakni reses tematik dan partisipatif yang menghubungkan masyarakat dengan jejaring luar Kota Palu agar dapat saling berbagi motivasi dan edukasi sesuai tema setiap reses.
Untuk reses kali ini, Mutmainah menghadirkan Founder Komunitas Banyu Bening Sleman, Sri Wahyuningsih (Ibu Ning) bersama timnya.
Mereka memberikan sosialisasi tentang pentingnya pemanfaatan dan pengelolaan air hujan menggunakan metode elektrolisa.
Menurut Mutmainah, program ini akan segera direalisasikan dalam waktu dekat dengan menentukan tiga simpul warga di wilayah Tawaeli dan Palu Utara sebagai lokasi uji coba awal.
Program tersebut mendapat dukungan penuh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.
Baca Juga : BPJS Ketenagakerjaan Gandeng Kemenag Donggala Sosialisasi Perlindungan Non ASN

“Air hujan sering terbuang percuma, padahal bisa jadi sumber air alami yang melimpah. Dengan teknologi elektrolisa, air hujan bisa diolah menjadi air bersih bahkan layak minum,” jelas Mutmainah.
Ia menambahkan, proses elektrolisa memungkinkan air hujan yang ditampung dipisahkan dari kotoran dan zat berbahaya, sekaligus menonaktifkan bakteri dan mikroorganisme berbahaya.
Dengan begitu, air yang dihasilkan lebih jernih dan aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Mutmainah menilai, pemanfaatan air hujan melalui teknologi tersebut merupakan bagian penting dari upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Dengan menampung dan mengolah air hujan, kita ikut mengurangi risiko kekeringan saat musim kemarau dan menjaga keseimbangan ekosistem air,” ujarnya.
Ia berharap, program pengelolaan air hujan ini bisa menjadi contoh inovasi lokal yang memperkuat kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
“Setiap tetes hujan adalah berkah. Melalui inovasi seperti elektrolisa, hujan bukan sekadar air yang turun dari langit, tapi sumber kehidupan yang menyehatkan dan berkelanjutan,” tutupnya.





